Apa itu helicopter parenting?
Helicopter parenting adalah
istilah yang merujuk pada cara pola asuh anak oleh orangtua yang terlalu
berfokus terhadap kehidupan anak.
Akibatnya, orang tua terlalu
ikut campur terhadap berbagai persoalan yang dihadapi oleh anak mereka.
Berbeda
dengan pola asuh yang menuruti berbagai keinginan anak, pola asuh helicopter
parenting lebih cenderung menentukan bagaimana anak seharusnya bertindak, dan
lebih bersifat terlalu melindungi anak dari kesulitan atau kegagalan.
Pada dasarnya, hal ini
dilandasi oleh niat yang baik, namun orangtua yang melakukan helicopter
parenting cenderung menyelesaikan berbagai urusan yang dihadapi anak, meskipun
si anak sebenarnya dapat menyelesaikannya sendiri. Pakar psikologi Michael
Ungar mengatakan (sebagaimana yang dilansir oleh Psychology Today), “Hal ini
(helicopter parenting) tentu saja tidak sesuai dengan tujuan utama pola asuh
anak untuk menjadikannya mampu menyelesaikan berbagai tugas orang dewasa.“
Ia juga berpendapat bahwa
melatih anak untuk mengambil keputusannya sendiri jauh lebih penting
dibandingkan membiarkan mereka bergantung pada orangtua untuk menyelesaikan
masalah yang ia hadapi.
Helicopter parenting dapat
berupa berbagai perilaku orangtua yang terlalu memonitor kehidupan sekolah,
sosial, bahkan pekerjaan anak, misalnya:
- Menentukan
jurusan pendidikan yang diambil oleh anak meskipun anak tidak menyukainya.
- Memonitor
jadwal makan dan olahraga.
- Orangtua
meminta anak untuk selalu memberikan kabar di mana ia berada dan dengan
siapa.
- Saat
nilai anak buruk, orangtua menghubungi guru atau dosen untuk protes.
- Ikut
campur jika ada permasalahan dengan teman atau pekerjaan.
Kenapa
orangtua terlalu ikut campur dalam kehidupan anak?
Terdapat banyak alasan orangtua
terlalu melakukan campur tangan dalam kehidupan anak. Namun pada dasarnya hal ini disebabkan oleh kecemasan
yang berlebihan orangtua terhadap bagaimana anak menjalani hidup mereka. Akibatnya, helicopter parent melakukan berbagai hal
untuk membantu mengatasi permasalahan hidup, bahkan mengambil alih hal yang
seharusnya dilakukan oleh anak.
Meskipun terkesan hal ini hanya
dilakukan oleh orangtua dengan anak yang telah beranjak dewasa, tetapi perilaku
helicopter parenting juga dapat terjadi pada setiap tahap perkembangan anak.
Orangtua yang selalu cemas dan sudah terbiasa membantu anaknya dalam berbagai
hal sejak ia masih anak-anak kemungkinan akan terus melakukannya hingga dewasa.
Tanpa disadari, saat sudah remaja atau dewasa, anak cenderung menjadi mudah
cemas
dan selalu mengandalkan orangtua saat menghadapi kesulitan.
dan selalu mengandalkan orangtua saat menghadapi kesulitan.
Kenapa
terlalu ikut campur dalam kehidupan anak adalah pola asuh yang kurang baik?
Berikut beberapa alasan terlalu
melindungi anak dapat berdampak kurang baik:
Tidak
membiarkan anak tumbuh
Anak yang diasuh oleh orangtua
yang terlalu mengawasi dan ikut campur cenderung mengalami kesulitan untuk
memecahkan masalah, karena ia memiliki kepercayaan diri yang rendah dan lebih
takut akan kegagalan.
Semakin jauh orangtua ikut campur dalam tanggung
jawab anak, maka semakin sedikit kepercayaan mereka akan kemampuan anaknya.
Seiring dengan pertumbuhanny,a hal ini tidak hanya membuat anak mengalami
kesulitan untuk beradaptasi dengan masalah, namun juga dapat berdampak pada
kehidupan sosial, pendidikan, bahkan karir setelah ia dewasa.
Anak
tidak memiliki coping skill
Coping skill adalah keterampilan
seseorang agar dapat menghadapi permasalahan dan rasa kekecewaan atau kegagalan
dengan baik. Selalu membantu anak sehingga mereka tidak pernah salah atau
mengalami kegagalan adalah hal yang dapat menghambat perkembangan coping skill.
Akibatnya, anak tidak terbiasa mengatasi masalah atau menghadapi kegagalan, dan
mereka tidak pernah belajar bagaimana menyelesaikan persoalan tersebut.
Menurunnya
kepercayaan diri anak
Sikap orangtua yang terlalu
ikut campur saat anak sudah memasuki usia remaja akan menyebabkan anak menjadi
kurang percaya diri untuk bergaul dengan anak seusianya.
Hal ini juga akan
menyebabkan ia lebih sulit bergaul dan menutup diri bahkan saat ia dewasa.
Perlu dipahami oleh orangtua, bahwa kepercayaan diri adalah sesuatu yang hanya
dapat diperoleh saat anak bergantung kepada kemampuannya sendiri, baik dalam
mengambil keputusan maupun menerima konsekuensi.
Orangtua
membantu anak hanya karena kecemasan berlebih
Sebagian besar perilaku
helicopter parenting didasari oleh kecemasan berlebih, dibandingkan niat untuk menolong anak.
Beberapa kecemasan orangtua
bahkan disebabkan karena
- takut merasa bersalah saat
anak mengalami kegagalan, atau
- takut apa yang orang lain
pikirkan tentang anak mereka, bukan karena rasa cemas akibat kemampuan
anak atau permasalahan yang sedang dihadapi anak. Saat Anda sebagai orang tua mengalami
kecemasan, sebaiknya bicarakan bagaimana anak menghadapi permasalahan
tersebut. Memberikan arahan dan motivasi tanpa ikut campur secara langsung
akan lebih baik bagi anak dalam menyelesaikan masalah.
Yang dapat dilakukan orang tua
agar tidak terlalu ikut campur
Terlalu khawatir dan ikut
campur dalam kehidupan anak bukanlah
cara yang bijak untuk menjalin kedekatan dengan Anak.
Berikut beberapa hal yang
dapat Anda lakukan untuk menghindari pola asuh helicopter parenting:
Biarkan anak berusaha sesuai
dengan kemampuan
Seiring dengan pertumbuhannya,
anak mengalami perkembangan yang bertahap dalam melakukan berbagai hal. Oleh
karena itu, membiarkan anak belajar untuk menangani hal dan tanggung jawabnya
sendiri adalah hal terbaik untuk membuatnya lebih mandiri dan mengembangkan
kemampuannya dalam menjalani kehidupan. Selain itu, ada baiknya orangtua
membiarkan anak membuat keputusan dan menerima konsekuensinya sendiri, selama
hal tersebut tidak membahayakan bagi kesehatan dan keselamatan anak.
Saat anak dalam kesulitan,
jangan membuatnya cemas
Hindari terlalu cemas dan
membuat sesuatu terkesan lebih buruk dari yang sebenarnya. Hal ini hanya akan membuat anak bingung dan menjadi mudah cemas karena
respon negatif yang diberikan orangtua terhadap suatu permasalahan. Hadapi
kesulitan bersama dengan anak, dengan menghadirkan respon yang lebih positif
dan tanpa membuat anak lebih cemas.
Jangan membuat anak menjadi
pusat dari kehidupan Anda
Hal ini adalah penyebab utama
sebagian orangtua cemas akan pilihan apa yang diambil oleh anaknya.
Cara terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan menyadari bahwa anak memiliki kehidupan, dan berhak menentukan pilihannya sendiri. Serta ingat, tinggi atau rendahnya pencapaian anak bukanlah indikator yang sesuai dengan kualitas pola asuh anak yang Anda lakukan.
Cara terbaik untuk mengatasi hal ini adalah dengan menyadari bahwa anak memiliki kehidupan, dan berhak menentukan pilihannya sendiri. Serta ingat, tinggi atau rendahnya pencapaian anak bukanlah indikator yang sesuai dengan kualitas pola asuh anak yang Anda lakukan.
Hargai pendapat anak
Memaksakan pendapat terhadap
anak dapat menyebabkan anak tidak memiliki pendirian akan pendapatnya sendiri.
Oleh karena itu, pahamilah sebagai sesuatu yang positif jika anak Anda memiliki
pendapat yang berbeda dengan Anda. Jika hal tersebut tidak kurang sesuai dengan
kebaikan anak, cobalah ajak ia berbicara dan pahami mengapa anak Anda berpikir
demikian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar